Fenomena Dalam Pikiran Manusia

1. Deja Vu 

7 Fenomena Aneh Dalam Pikiran Manusia
Deja vu adalah pengalaman tertentu akan sesuatu yang sedang berlangsung di mana anda sudah mengalaminya atau melihat situasi baru itu sebelumnya - anda merasa seolah-olah peristiwa telah terjadi atau sedang mengulanginya. 

Pengalaman itu biasanya disertai oleh perasaan yang kuat seperti sudah mengenal dan suatu perasaan berupa kengerian, asing, atau aneh. Pengalaman "yang sebelumnya" ini biasanya berhubungan dengan mimpi, tetapi kadangkadang ada suatu perasaan pasti bahwa itu sudah terjadi di masa lalu. 
 
(Ingin tahu selengkapnya tentang Deja Vu? Read this ==> http://ragilligar.blogspot.com/2012/06/deja-vu.html )


2. Deja Vecu 

7 Fenomena Aneh Dalam Pikiran Manusia
Deja vecu (Dibaca deya vay-koo) adalah apa yang dialami banyak orang ketika mereka berpikir sedang mengalami deja vu. Deja vu adalah perasaan telah melihat sesuatu sebelumnya, sedangkan deja vecu adalah pengalaman setelah melihat suatu peristiwa sebelumnya, tapi hanya di dalam detil yang besar - seperti mengenali bau-bauan dan bunyi-bunyian. Hal ini juga biasanya disertai oleh suatu perasaan yang sangat kuat akan pengetahuan sesuatu yang akan datang kemudian. Pengalaman yang pernah terjadi - tidak hanya mengenal apa yang akan datang berikutnya - tetapi juga mampu mengatakan kepada orang di sekitar apa yang akan datang itu, dan biasanya itu adalah benar. Ini sangat aneh dan sensasi yang tidak bisadijelaskan. 


3. Deja Visite 

7 Fenomena Aneh Dalam Pikiran Manusia
Deja Visite adalah pengalaman yang hanya sedikit orang mengalaminya di mana melibatkan suatu pengetahuan gaib akan suatu tempat yang baru. Sebagai contoh, anda mungkin pernah mengetahui jalur jalan di suatu kota yang baru anda datangi atau pemandangannya meskipun tidak pernah ke sana sebelumnya, dan anda yakin mustahil mempunyai pengetahuan tentang itu. Kalau Deja Visite tentang hubungan-hubungan geografis dan ruang, selagi Deja Vecu adalah tentang kejadian-kejadian sementara waktu. Nathaniel Hawthorne menulis tentang sebuah pengalaman seperti ini di dalam bukunya "Our Old Home" di mana dia mengunjungi sebuah benteng yang sudah hancur dan mempunyai pengetahuan lengkap mengenai denah tata letaknya. Ia kemudiannya mampu melacak pengalaman itu dalam sebuah puisi karangan Alexander Pope yang dibacanya beberapa tahun kemudian. Puisi itu menggambarkan keadaan benteng itu dengan akurat persis seperti yang diketahuinya. 


4. Deja Senti 

7 Fenomena Aneh Dalam Pikiran Manusia
Deja Senti adalah fenomena akan sesuatu yang pernah dirasakan. Hal ini eksklusif sebuah fenomena kejiwaan dan jarang menetap di dalam ingatan anda setelah itu. Di dalam kata-kata dari orang setelah mengalaminya adalah: "Apa yang menjadi perhatian adalah apa yang sudah diperhatikan sebelumnya, dan sungguh sudah dikenal, tetapi sudah dilupakan untuk sementara waktu, dan sekarang merasa puas seakan-akan hal itu telah diingat kembali. Kemampuan mengingat itu selalu dimulai dengan suara orang lain, atau oleh perkataan dari pikiranku sendiri, atau dengan apa yang kubaca dan perkataan jiwa. Aku pikir selama keadaan tidak normal aku berkata-kata secara umum beberapa kalimat sederhana seperti Oh, ya. Aku mengerti, Tentu saja, aku ingat, dan lain-lain, hanya satu atau dua menit kemudian aku dapat mengingat kembali semuanya, dengan tidak memerlukan kata-kata maupun pemikiran yang dinyatakan dengan lisan untuk menimbulkan ingatan. Aku hanya mendapatkan bahwa perasaan itu serupa dengan apa yang sudah kurasakan sebelumnya di dalam kondisi tidak normal seperti itu. Anda berpikir baru saja mengucapkannya, tetapi anda juga menyadari bahwa sesungguhnya tidak mengucapkan suatu kata pun. 


5. Jamais Vu 

7 Fenomena Aneh Dalam Pikiran Manusia
Jamais vu (tidak pernah melihat) digambarkan sebagai sebuah situasi sudah pernah dikenal tapi tidak bisa mengenali. Hal itu sering dianggap sebagai kebalikan dari deja vu dan menimbulkan perasaan ngeri dan takut. Anda tidak mengenali sebuah situasi meskipun anda mengetahui secara rasional bahwa anda telah berada di dalam situasi itu sebelumnya. Secara umum dapat dijelaskan ketika seseorang beberapa saat tidak mengenali seseorang, kata, atau tempat yang sebetulnya sudah diketahuinya. Ini menjadikan orang percaya bahwa jamais vu merupakan sejenis gejala dari kelelahan otak. 


6. Presque Vu 

7 Fenomena Aneh Dalam Pikiran Manusia
Presque vu sering diungkapkan dengan kata-kata, "serasa sudah di ujung lidah" - merupakan perasaan yang kuat bahwa anda akan mendapatkan petunjuk atau ilham akan apa yang terlupa, tapi tidak pernah datang. Istilah "presque vu" artinya "hampir melihat". Sensasi presque vu dapat sangat mengacaukan perasaan dan pikiran, dan seringkali orang sudah tidur dibuatnya. 


7. Lesprit de lEscalier 

7 Fenomena Aneh Dalam Pikiran Manusia
L'esprit de l'escalier (lelucon di tangga rumah) adalah rasa untuk berpikir suatu komentar balasan yang cerdas ketika hal itu sudah terlambat untuk disampaikan. Ungkapan itu dapat digunakan untuk menguraikan tentang komentar balasan yang cepat terhadap penghinaan, atau setiap komentar pintar dan jenaka, walaupun kedatangannya sudah terlambat dan tidak berguna lagi diumpamakan kita berpikir ketika sudah berada di atas tangga meninggalkan suatu kejadian. 

Sebuah kata dari bahasa Jerman treppenwitz digunakan untuk maksud yang sama. Ungkapan yang terdekat di dalam bahasa Inggris untuk menguraikan situasi ini adalah "being wise after the event atau menjadi bijaksana setelah kejadian. Peristiwa itu biasanya disertai oleh perasaan penyesalan karena tidak terpikirkan sebelumnya untuk memberikan komentar balasan yang cepat di saat diperlukan. Tapi mungkin lebih bijaksana kalau kita berpikir bahwa balasan itu mungkin bisa merunyamkan hubungan. Tuhan menyintai orang yang sabar dan menahan diri.
»»  READ MORE...

Asal-Usul Kata/Bahasa


Berbicara tentang asal usul BAHASA, kita berhadapan dengan suatu aspek kajian yang paling banyak dipertentangkan.
Hasil Studi yg selama ini dikembangkan untuk dapat melacak secara tepat bagaimana sesungguhnya asal-usul bahasa, belum ada yang memuaskan.
Karena itu, di antara para penyelidik tentang genealogi keberbahasaan manusia, masih sulit untuk dicapai kesepakatan tunggal yg bersifat final.

Begitu muncul pertanyaan “Bagaimana Mulanya bahasa itu Lahir?”.
Kita akan bersinggungan dengan banyak teori yg saling kontradiktif.
Masing – masing teori mencoba menjelaskan secara spesifik tentang asal bahasa.
Beberapa teori dan pendapat itu memilih jawaban yg beragam.
Ada yg cukup ilmiah dan rasional, ada pula yg terkesan lucu, bahkan kadang terasa aneh dan tak masuk akal.

Bahkan karena terlalu sulitnya sumber-sumber yg bisa menjelaskan secara akurat tentang asal-usul bahasa, pada tahun 1866 masyarakat linguis Perancis sempat melarang mendiskusikan subjek tersebut, karena hal itu dianggap hanya spekulasi yg sama sekali tidak berarti.
Membicarakan asal bahasa, menurut mereka sebuah pertentangan yg sia-sia.

Penyelidikan Antropologi telah membuktikan bahwa kebanyakan kebudayaan primitif menyakini tentang adanya keterlibatan Dewa atau Tuhan dalam permulaan sejarah berbahasa mereka.
Menurut mereka, Tuhanlah yg mengajarkan Nabi Adam nama-nama benda, sebagaimana termaktub dalam kita kejadian sebagai berikut :
“ And the Lord God having formed out of the ground all the beasts of the earth, and all the fowls of the air, brought them to Adam to see what be wold call them ; for whatsoever Adam called any living creature the same is its name.”

Dikatakan pula bahwa manusia diciptakan secara stimulan.
Pada penciptaan ini, manusia dikaruniai kemampuan berbahasa sebagai anugerah Illahi.
Konon di Surga Tuhan berdialog dengan Nabi Adam dalam bahasa Yahudi.
Sebelum abad ke-18 teori – teori asal bahasa yg semacam ini dikategorikan sebagai divine origin (berdasarkan kepercayaan).

Pada abad ke-17, Andeas Kemke, seorang ahli filologi dari Swedia menyatakan bahwa di surga Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia.
Menurutnya, Nabi Adam berbahasa Denmark, sedangkan naga berbicara dengan bahasa Perancis.

Selain berbagai mitos muasal bahasa yg berkembang di Barat, di Timur hal semacam itu juga bermunculan.
Mesir misalnya, punya legenda berkenaan dengan asal-usul bahasa.
Konon, pada abad ke-17 SM, Raja Mesir, Psammetichus, mengadakan penyelidikjan tentang bahasa pertama.
Menurut sang Raja kalau seorang bayi dibiarkan semenjak lahir tanpa diperdengarkan dan diperkenalkan terhadap bahasa apapun, maka ia akan tumbuh dan berbicara menggunakan “bahasa asal”.

Untuk melaksanakan penyelidikan tersebut diambillah dua orang bayi dari keluarga biasa, dan diserahkan kepada seorang pengembala untuk kemudian dirawatnya.
Gembala tersebut dilarang berbicara sepatah kata pun kepada bayi-bayi tersebut.
Setelah sang bayi berusia dua tahun, mereka dengan spontan menyambut si gembala dengan kata, “BECOS”.
Segera si penggembala tadi menghadap Sri Baginda dan diceritakannya hal tersebut.

Psammetichus segera menelitinya dan berkonsultasi dengan para penasehatnya.
Menurut mereka, “BECOS” berarti Roti dalam bahasa Phyrgia (bahasa Mesir kuno);
Dan inilah bahasa pertama manusia menurut mereka.
Cerita ini dikisahkan turun temurun, bahwa bahasa pertama manusia adalah bahasa Mesir.

Di Asia, tepatnya di China, Mitos tentang asal-usul bahasa juga berkembang.
Kaisar Cina Tien-Tzu, dipercaya sebagai anak Tuhan.
Konon dialah yg mengajarkan bahasa pertama kepada manusia.
Ada juga versi lain yg tak kalah menggemaskan, bahwa yg membawa bahasa (tulisan) kepada orang-orang Cina adalah seekor kura-kura yg diutus langsung oleh Tuhan.

Di Jepang bahasa pertama pun dihubungkan dengan Tuhan mereka, Amaterasu.
Orang-orang Babilonia percaya bahwa bahasa pertama berasal dari Tuhan mereka, Nabu.
Brahmana mengajarkan tulis-menulis kepada ras Hindu di India sana.
Dan masih banyak cerita-cerita yg bernada sama dengan berbagai kebudayaan dahulu dan berkembang di banyak kebudayaan kelompok tertentu.

Baru pada bagian akhir abad ke-18 spekulasi asal – usul bahasa berpindah dari wawasan keagamaan, mistik, takhayul ke alam paradigma pengetahuan baru yg disebut “ORGANIC PHASE” ( fase organik).
Pada fase ini, pergeseran paradigmatik dalam memahami asal – usul bahasa dimulai dengan terbitnya “UBER DEN ORGANIC PHASE” (dalam terjemahan bahasa inggris : “ON THE ORIGIN OF LANGUAGE)
Pada tahun 1772, ditulis oleh Johann Gottfried Von Herder (1744-1803).

Ia mengemukakan bahwa tidaklah tepat dikatakan bahwa bahasa merupakan anugerah Illahi.
Menurut Von Herder bahasa lahir karena dorongan manusia untuk mencoba – coba berfikir.
Bahasa adalah akibat hentakan dari suatu kehendak yg bekerja secara insingtif, seperti halnya janin dalam proses kelahiran.
Teori ini bersamaan dengan mulai timbulnya teori EVOLUSI manusia yg diprakarsai oleh Immanuel Kant (1724-1804) yg kemudian disusul oleh Charles Darwin.

Menurut Darwin (1809-1882) dalam “DESCENT MAN” (1871), kualitas bahasa manusia dengan bahasa binatang hanya berbeda dalam tingakatannya saja.
Kalau pun ada perbedaan barangkali hanya dari ekspresi emosinya saja.

Sebagai contoh, perasaan jengkel atau jijik terlahirkan dengan mengeluarkan udara dari hidung dan mulut, terdengar seperti bunyi “POOH” atau “PISH”.
Ekspresi kejengkelan semacam ini, kata Darwin dimiliki manusia sekaligus binatang.

Namun Mark Muller (1823-1900) ahli filologi dari Jerman tidak sependapat dengan Darwin.
Muller meledek teori ini, menyebutnya sebagai “POOH-POHH THEORY”.
Teori Darwin ini juga tidak disetujui oleh para sarjana berikutnya seperti Edward Sapir (1884-1939) dari Amerika.

Mark Muller kemudian memperkenalkan “DINGDONG THEORY” atau disebut juga “NATIVISTIK THEORY”.
Dalam beberapa hal teori ini sedikit sejalan dengan apa yg di ajukan Socrates.
“Bahwa bahasa lahir secara alamiah dan ilmiah”.

Menurut teori ini, manusia mempunyai kemampuan insting yg istimewa untuk mengeluarkan eksperi ujaran untuk setiap kesan yg ditemuinya sebagai stimulus dari luar.
Kesan yg diterima lewat indra, bagaikan pukulan pada bel hingga mengeluarkan ucapan yg sesuai.
Menurut Muller, kurang lebih ada empat ratus bunyi pokok yg membentuk bahasa pertama ini.
Sewaktu orang primitif dulu melihat seekor srigala, pandangan ini menggetarkan bel yg ada pada dirinya secara insting sehingga terucap kata “WOLF” (serigala).

Tapi teori ini menyuguhkan suatu kesangsian ketika menemukan fakta bahwa ternyata bahasa manusia itu beragam, jika bahasa memang terbentuk secara natural sebagaimana bel, kenapa bahasa manusia menjadi tidak sama?
Pada akhirnya, Muller menolak teorinya sendiri.

Teori lainnya disebut “YP-HE-HO THEORY”.
Teori ini menyimpulkan bahwa bahasa primitif dulu merupakan rangkaian bekerja sama.
Kita pun mengalami kerja serupa, misalnya sewaktu mengangkat kayu kita secara spontan dan bersamaan mengeluarkan ucapan-ucapan tertentu.
Karena dorongan tekanan otot muncullah kata tertentu yg kemudian lahir sebagai sebuah bahasa ungkap.
Demikian juga yg terjadi dengan orang-orang zaman dahulu.
Sewaktu bekerja tadi, pita suara mereka bergetar sehingga terlahirlah ucapan-ucapan khusus untuk setiap tindakan mereka.
Ucapan – ucapan tadi lalu menjadi nama untuk pekerjaan itu seperti “HEAVE” (angkat), “REST” (diam) dan sebagainya.

Dari sekian teori dengan subjek yg sama, satu-satunya yg agak bertahan adalah “BOW-WOW THEORY”.
Teori ini juga disebut “ONOMATOPOETIC” atau ECHOIC THEORY”.
Menurut teori ini, kata-kata yg pertama kali muncul adalah tiruan terhadap suara alam, seperti guntur, hujan, angin, sungai, ombak samudra dan lainnya.
Mark Muller dengan sarkastis mengomentari teori ini dengan mengatakan bahwa teori ini hanya berlaku pada kokok ayam dan bunyi itik, padahal, kata Muller, kegiatan bahasa justru lebih banyak terjadi diluar kandang ternak.

Akhirnya, bagaimana pun sedikitnya presentase kata-kata tersebut, kita tidak bisa mengingkari adanya bahasa-bahasa semacam itu.
Dalam bahasa inggris ada kata-kata “BABLE”, RATTLE, BISS, CUCKOO, dan sebagainya.
Kosa kata dalam bahasa Indonesia juga memiliki kata-kata sepeti itu, Menggelegar, Bergetar, Mendesir, mencicit, Berkokok, dan sebagainya.

 
Teori yg lain adalah “GESTURE THEORY”.
Yg mengatakan bahwa isyarat mendahului ujaran.
Para pendukung teori ini menunjukkan penggunaan isyarat oleh berbagai binatang, dan juga sistem isyarat yg dipakai oleh orang-orang primitif.
Salahs atu contoh adalah bahasa isyarat yg dipakai suku Indian di Amerika Utara.
Sewaktu berkomunikasi dengan suku-suku lain yg tidak sebahasa mereka menggunakan isyarat sebagai bentuk aksi dan kehendak mereka.

Beberapa teori mengenai Asal – Usul bahasa yg telah disebutkan tadi, termasuk dalam kategori teori- teori tradisional.
Dalam perkembangan pengetahuan modern, bahasa kemudian menjadi objek kajian yg sangat penting dan kompleks.
Bahasa tidak hanya dipahami sebagai suatu gejala fisik semata, melainkan juga mengandung aktivitas psikologis.

Manusia itu tercipta dengan perlengkapan fisik yg sangat sempurna hingga memungkinkan terjadinya ujaran (kemampuan berbahasa).
Namun ujaran, faktor-faktor psikologis pun terlibat.
Sebagai contoh, cobalah bayangkan satu telaga yg dikelilingi pepohonan rindang yg didiami banyak burung dan margasatwa lainnya.
Tempat yg digambarkan ini akan berbeda antara satu dengan yg lain.
Mungkin anda akan mengatakan bahwa telaga tadi sangat berbahaya dan menakutkan.
Pusaran airnya bisa menenggelamkan siapa saja.
Namun bagi yg lain, telaga ini bisa menjadi sumber kehidupan.
Mungkin anda membayangkan di sana akan terdapat banyak ikan segar.
Tentu amat menguntungkan.
Bagi yg lain, sungai ini bisa menjadi sumber ilham, tempat beristirahat, melemaskan otot-otot sambil menunggu kejatuhan inspirasi.

Dari gambaran ini ternyata ada kesan psikologis yg berbeda.
Kesan-kesan ini mesti diucapkan oleh masing-masing dengan ujaran yg pas.
Dengan kata lain, kesan-kesan ini mesti diungkapkan dengan vokal, hingga terucapkan kata-kata.
Sebagai umpama misalnya dari gambaran sungai tadi akan muncul kata-kata sepeti ; bahaya, ngeri , dalam, dingin, menenggelamkan, hanyut, arus dan sebagainya.

Dari contoh yg menjelaskan salah satu fungsi dan posisi bahasa ini, maka West menyimpulkan :
“SPEECH, AS LANGUAGE, IS THE RESULT OG MAN`S ABILITY TO SEE PHENOMENA SYMBOLICALLY AND OF THE NECESSITY TO EXPRESS HIS SYMBOLS”.
--Ujaran, seperti halnya bahasa, adalah hasil kemampuan manusia untuk melihat gejala-gejala sebagai simbol-simbol dan keinginannya untuk mengekspresikan simbol-simbol itu--.

Pada masa sekarang ini para ahli atropologi umumnya menyimpulkan bahwa manusia dan bahasa berkembang bersama.
Manusia telah jadi penghuni kurang lebih satu juta tahun lamanya.
Faktor-faktor yg mempengaruhi perkembangannya menjadi Homo Sapien juga mempengaruhi perkembangan bahasanya.

Bentuk tubuh yg tegak, mata yg berbentuk stereoskopis dan celebra cortex yg tidak ada pada hewan lain, telah banyak membantu evolusi manusia.
Perkembangan otaknya merubah dia dari setengah manusia menjadi manusia sesungguhnya.
Mereka kini mempunyai kemampuan untuk menemukan dan mempergunakan alat-alat dan menemukan metode interaksi yg luar biasa, yakni BAHASA.

Ada juga para ahli yg mengatakan bahwa perkembangan bahasa manusia sama seperti halnya perkembangan bahasa bayi yg sedang tumbuh besar.

Otto Jespersen (1860-1943) melihat adanya persamaan antara bahasa bayi dan manusia.
Bahasa manusia pertama hampir tidak mempunyai arti, bentuknya hanya seperti lagu saja, sebagaimana ucapa-ucapan bayi.
Seiring waktu, ucapan-ucapan tadi menjadi berkembang menuju tahap yg lebih sempurna.

Namun demikian ada pertanyaan lain yg berkembang dan menjadi perdebatan pada saat ini, yaitu ;
“Apakah bahasa itu lahir karena keinginan manusia untuk berkomunikasi denga kelompoknya atau karena dorongan individu, yaitu faktor psikologis sebagaimana dijelaskan diatas?

Apakah bahasa yg lebih dulu ada atau masyarakatnya?
Kalau mereka tidak hidup dalam masyarakat, maka bahasa tidak akan pernah lahir, tapi bagaimana hidup tanpa Bahasa?

Akhirnya pertanyaan ini pun berubah menjadi seperti pertanyaan Klasik layaknya TELUR DAN AYAM.

So, tak ada yg tahu pasti Asal – Usul Bahasa Pertama yg dipake Oleh Manusia.
Hanya Tuhan dan Sejarahnya yang Tahu pasti.




Diambil dari “RAHASIA DIBALIK KATA-KATA” oleh A. Agiel Josep



»»  READ MORE...

Kata-Kata Positif

 Ada beberapa kata-kata positif yang harus Anda terapkan dalam kehidupan Anda, sobat. Selamat menyimak..!

1. Aktif dalam bekerja.Orang yang aktif dalam bekerja biasanya hidupnya penuh optimis,karena dia memandang hidup ini memang untuk berkerja dan bekerja  baginya adalah ibadah. Apa lagi bila dia melihat bahwa betapa bnyak orang yang tak punya pekerjaan alias menganggur. Makanya dia senang sekali dalam pekerjaan, betapapun beratnya pekerjaan tersebut.
2. Amanah di jalankan. Orang yang punya prinsif bahwa hidup adalah amanahNya, maka dia jalankan amanah itu sebaik-baiknya. Dia hadapi hidup apapun rintangan dan ujiannya. Karena dia yakin amanah bila di tunaikan akan membawa berkah.
3. Belajar  apa saja. Selagi hidup dia akan belajar apa saja yang bisa dipelajarinya, baginya siapa saja dia jadikan guru, dia tak segan-segan belajar pada apa dan siapapun. Dengan senang hati selalu berusaha untuk lebih baik dari kemarin.
4. Berani karena benar. Dengan prinsif ini dia tak mengenal takut dalam menghadapi apa dan siapapun, dangan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya memang benar.
5. Benar dalam tindakan.  Dengan tindakan yang benar, setelah diperhitungkan dengan sematang-matangnya, dia melangkah dengan tegar.
6. Berarti ketika hidup. Manusia yang telah berbuat dalam hidup dan dia telah meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia lainnya, dengan demikian dia hiduap sudah punya arti, sekecil apapun artinya bagi manusia dan kehidupan.
7. Bermakna ketika mati. Orang yang meninggal ratusan atau ribuan tahun lalu, bila memang selagi hidup dia telah meninggalkan sesuatu bagi kehidupan atau generasi selanjutnya, maka ketika dia mati, matinya bermakna, matinya tak sia-sia, karena namanya akan terus disebut orang dan karyanya terus menerus dikaji orang lain sesudah matinya.
8. Cantik luar dalam. Nah yang ini mungkin buat wanita, yaitu kecantikannya bukan hanya  rupa, tapi jiwanya, bukan cantik hanya”luar”nya, tapi juga “dalam”nya. Ya cantik luar dalam yang menjadi ciri khas wanita sholeha, wanita yang di dambakan lelaki sholeh.
9.Dinamis dalam usaha. Tak diam, tak menunggu kesempatan, tapi meraih kesempatan atau menciptakan kesempatan atau membuka peluang.
10. Doa sambil usaha. Ya,  tak hanya duduk terpaku di masjid atau di mushollah, tapi terus bergerak mencari usaha, dia berdoa sambil terus bekerja atau berusaha.
11. Ikhlas dalam ridhoNya. Yang satu ini sangat urgent, karena apapun yang dikerjakan kalau dengan niat ikhlas untuk mencari ridhoNya, pekerjaan apapun yang berat akan menjadi ringan, tak ada keluh kesah, tak ada penyesalan, semuanya dijalankan dengan penuh keikhlasan.
12. Jujur dalam perbuatan. Ini yang langkah di dunia yang serba menghalakan segala cara. Mencari orang pintar di jaman sekarang mudah sekali, tapi mencari orang jujur seperti mencari sepotong jarum di tumpukan jerami, susahnya minta ampun. Apa lagi mencari pejabat yang jujur, ini lebih susah lagi. Walau tak semuanya pejabat seperti itu.
13. Kreatif dalam berkarya. Biasanya dimiliki para seniman, seniman seakan tak bisa di batasi oleh sesuatu yang bersipat formalitas. Kreatif ini semsetinya bukan hanay dimiliki oleh seniman, tapi siapapun yang tak ingin karyanya monoton, ya harus kreatif, bila tidak karyanya akan “kaku”. “basi” dan tak berisi.
14. Khusu' dalam ibadah. Nah kata khusu mungkin paling mudah untuk dituliskan atau dikatakan, namun sukarsekali untuk dilaksanakan, walaupun bukan mustahil. Khusu dalam ibadah adalah suatu keharusan yang tak dapat ditawar-tawar, karena bila orang sudah khusu dalam ibadahnya, biaanya ketika dia melakukan sholat misalnya, sholatnya akan terasa nikmat sekali, dia akan berlama-lama dalam sholatnya, karena ketika sholat dia merasakan kenikmatan luar biasa.
15. Mandiri dalam bekerja. Orang sudah mandiri, ada atau tiada atasannya, dia akan bekerja dengan tenang, dia akan bekerja dengan senang hati. Dia bekerja tanpa mengharapkan bantuan orang lain.
16. Niat yang benar. Ini pentingnya niat, segala sesuatu tergantung pada niatnya, pekerjaan sehari-hari bila memang niat untuk mencari ridho allah, akan bernilai ibadah, nah jika ibadah insya Allah akan mendatangkan pahala. Maka Mahasishwa atau pelajar yang menuntut ilmu karena Allah akan mendapat pahala, selain ilmu.
17. Optimis dalam hidup.  Ya,  hidup ini betapapun susah akan dihadapinya dengan optimis, pasti ada jalan keluar dari segala kesulitan, pasti ada solusi pada setiap masalah, pasti ada kemudahan setelah kesulitan, selalu ada matahari di balik awan, ada mutiara di dalam lumpur, ada anggrek yang indah di dalam hutan lebat, ada keindahan dibalik salju yang lebat, ada kesuburan setelah hujan turun.
»»  READ MORE...

Asal-Usul Kata Sejarah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengenal kata sejarah. Kata sejarah sering dipahami oleh masyarakat secara umum sebagai sesuatu hal yang berkaitan dengan masa lampau. Apabila orang ingin mengetahui bagaimana kehidupan masa lalunya, maka orang akan membicarakan sejarah kehidupannya, misalnya, dalam ruang lingkup yang lebih kecil, terdapat sekelompok masyarakat dalam perayaan-perayaan tertentu selalu mengungkap sejarah keluarganya. Di Jawa Barat misalnya, ada tradisi “silaturahmi” hari Raya Idul Fitri dengan cara seluruh keluarga itu berkumpul dan dalam perkumpulan itu diungkapkan bagaimana asal usul keluarga tersebut terbentuk. Tradisi ini sering disebut dengan “khaul” keluarga. Ada pula sejarah itu diungkapkan pada setiap hari ulang tahun, misalkan ulang tahun lembaga pendidikan pesantren. Dalam perayaan lembaga pendidikan ini akan diungkapkan bagaimana sejarah berdirinya pesantren itu, siapa pendirinya, bagaimana proses berdirinya pesantren tersebut, bagaimana perjuangan yang dilakukan oleh para pendiri dalam membangun pesantren, dan cerita-cerita lainnya. Berdasarkan contoh-contoh tersebut, apakah sejarah itu hanya bicara masa lalu?

Kata SEJARAH berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun, yang berarti pohon kayu. Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol, yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon itu memiliki hubungan yang saling terkait dan membentuk pohon tersebut menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif, tidak pasif. Dinamika ini terus-menerus terjadi beriringan dengan waktu dan ruang di mana kehidupan itu ada. Dengan adanya lambang pohon itu, dapat menunjukkan adanya suatu pertumbuhan dan perkembangan. Kalau kita kaitkan pengertian syajaratun dengan kehidupan manusia, dapatlah mengandung arti bahwa manusia itu hidup akan terus bergerak tumbuh seiring perjalanan waktu dan tempat atau ruang di mana dia berada. Kehidupan bukanlah sesuatu yang diam atau statis, tetapi sesuatu yang terus-menerus tumbuh dan berkembang. Sebagai contoh, manusia dalam kehidupannya mengalami fase-fase tertentu, yaitu fase di dalam kandungan, lahir, bayi dan anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Fase-fase kehidupan tersebut menunjukkan adanya kesinambungan dalam kehidupan manusia. Kesinambungan itu terjadi karena manusia dalam kehidupannya diikat oleh waktu dan ruang. Ada masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, ketiga-tiganya menunjukkan adanya kesinambungan. Masa lalu akan menentukan masa sekarang, dan masa sekarang akan menentukan masa depan.Waktu dalam pengertian ini dapat diartikan jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan bentuk waktu yang lainnya. Ruang adalah tempat di mana manusia itu tinggal, misalkan di desa, kota, kampung, dusun, dan lain-lain. Dengan uraian contoh tersebut, dapatlah dinyatakan bahwa ciri penting dari sejarah adalah adanya konsep waktu dan ruang. Jadi, sejarah pada dasarnya bukan hanya bicara masa lalu, sejarah pada dasarnya berbicara kehidupan manusia dalam konteks waktu dan ruang.

Selain istilah syajaratun yang berasal dari bahasa Arab, terdapat katakata Arab lainnya yang memiliki arti hampir sama dengan kata syajaratun, seperti silsilah, riwayat atau hikayat, kisah, dan tarikh. Silsilah menunjuk pada keluarga dan nenek moyang. Pada kerajaan-kerajaan masa lampau, sering dibuat silsilah keluarga raja, yaitu mulai dari siapa pendiri kerajaan itu sampai pada raja yang sedang berkuasa. Sebagaimana telah dicontohkan di atas, dalam masyarakat ada tradisi pada saat merayakan idul fitri diadakan acara pertemuan keluarga besar dalam rangka silaturahmi. Dalam acara ini biasanya disampaikan silsilah keluarga itu, mulai dari siapa leluhurnya sampai dengan keluarga yang masih hidup. Riwayat atau hikayat dikaitkan dengan cerita yang diambil dari kehidupan, baik perorangan maupun keluarga. Riwayat dapat berarti laporan atau cerita tentang kejadian. Hikayat yaitu cerita tentang kehidupan yang menjadikan manusia sebagai objeknya atau disebut dengan biografi. Kata biografi berasal dari kata bios yang artinya hidup dan gravein yang artinya menulis. Jika objek cerita kehidupan manusia itu seseorang, diri sendiri, disebut autobiografi. Pada saat ini banyak sekali para tokoh yang membuat biografi atau autobiografi dirinya.

Para tokoh ini berasal dari berbagai kalangan, baik dari kalangan politisi, pejabat, pengusaha, maupun kalangan lainnya. Mereka menulis biografi atau autobiografi dengan harapan masyarakat dapat mengetahui sepak terjang perjuangan hidupnya. Biografi atau autobiografi ditulis biasanya dalam rangka memperingati ulang tahunnya dalam usia-usia tertentu, misalnya dalam rangka ulang tahun ke-70 dan ke-60. Kata Arab lainnya yang sama dengan syajaratun yaitu tarikh dan kisah. Tarikh dalam bahasa Arab secara umum menunjuk ke masa lampau, juga lebih mengandung arti cerita tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau. Tarikh menunjukkan tradisi dalam sejarah Islam seperti tarikh nabi, tarikh Islam, dan sebagainya.

Selain kata-kata Arab, terdapat pula dalam bahasa-bahasa di Nusantara kata-kata yang artinya mirip dengan sejarah. Kata-kata tersebut seperti babad dalam bahasa Jawa, tambo dari bahasa Minangkabau, pustaka dan cerita. Kata babad menurut Pigeud berarti cerita sejarah. Selain itu, kata tersebut dapat pula diartikan dalam bahasa Jawa yang berarti “memangkas”. Hasil dari pem-babad-an ini ialah suasana terang. Kalau babad dikaitkan dengan kata sejarah, berarti sejarah itu bertugas memberikan penerangan tentang suatu keadaan.

Istilah lainnya yang berasal dari kata asing yang sama dengan kata sejarah yaitu history dari bahasa Inggris, geschichte berasal dari bahasa Jerman, dan gechiedenis berasal dari bahasa Belanda. History berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu historia (dibaca istoria), yang berarti “belajar dengan cara bertanya-tanya”. Menurut filosof Yunani Aristoteles, historia berarti pertelaan sistematis mengenai seperangkat alam, tanpa mempersoalkan susunan kronologis. Dalam perkembangannya, istilah history sama dengan istilah scientia yang artinya pertelaan sistematis nonkronologis tentang gejala alam. Adapun historia lebih diartikan sebagai pertelaan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Dengan demikian, istilah history pada mulanya bukanlah berarti sejarah dalam pengertian sekarang, tetapi lebih dekat sebagai ilmu pengetahuan atau sains.

Dalam perkembangan kemudian, kata historia berarti sesuatu yang telah terjadi. Istilah ini sama dengan kata geschichte, berasal dari kata geschehen, yang berarti terjadi; dan gechiedenis, berasal dari kata geschieden, yang berarti terjadi. Kata historia yang berasal dari bahasa latin tersebut masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa lainnya. Misalnya historie atau l’hisrorie dalam bahasa Prancis, history dalam bahasa Inggris, dan istorya dalam bahasa Rusia.
»»  READ MORE...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...