SEPEDA menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk, dan
sepasang pengayuh yang digerakkan kaki untuk menjalankannya; kereta
angin. Sepeda banyak digunakan untuk keperluan transportasi, rekreasi,
ataupun olah raga.
Berbicara soal sepeda, sering kali benak kita dibawa ke negara asal
yang mengklaim pertama kali sepeda ditemukan. Encyclopedia International
dan beberapa literatur mencatat bahwa prototipe sepeda pertama kali
dibangun oleh Monsieur Chevalier de Sivrac di Perancis pada 1790.
Bentuknya sangat sederhana, terbuat dari rangka kayu yang dipasang
pada dua roda dalam satu baris. Kendaraan ini dinamakan célériféré,
tidak memiliki batang kemudi sehingga tidak bisa diarahkan ke kiri atau
ke kanan alias hanya bergerak lurus. Pun belum dilengkapi dengan alat
pengayuh dan sistem pengereman. Walau terkesan primitif, karya Sivrac
ini saat itu menjadi sangat revolusioner karena tidak lagi menggunakan
hewan sebagai ”mesin” atau penarik.
Pada 1816, Baron Karl von Drais di Jerman menciptakan model yang
lebih sempurna dan dikenal dengan draisine. Hampir serupa dengan
célériféré, tetapi alat transportasi ini sudah bisa dikemudikan ke kiri
dan kanan. Model sepeda kembali mengalami perkembangan seperti apa yang
ditemukan oleh Kirkpatrick Macmillan pada 1838 dengan menambahkan engkol
atau pedal (cranks) yang mendorong roda belakang.
Periode 1920 hingga 1865 banyak pula yang mengembangkan sepeda beroda
tiga dan empat. Selama bertahun-tahun, kosa kata bahasa Prancis,
vélocipédé, yang lazim digunakan untuk menyebut leluhur sepeda modern.
Konon, vélocipédé diserap dari dua kata dalam bahasa Latin, velox
(cepat) dan pedis (kaki). Rupanya, kedua kata ini cukup erat dengan
definisi sepeda di atas yakni membantu pengendaranya berjalan lebih
cepat dengan menggunakan kaki untuk menggerakkannya (mengayuh pedal).
Hingga sekarang bangsa Prancis masih banyak yang menggunakan nama
vélo untuk menyebut sepeda. Sementara bangsa Inggris menyebutnya dengan
nama bicycle. Barangkali, merujuk pada struktur kata tricycle yang
dipakai untuk menamai vélocipédé dalam bahasa Prancis yang berarti
sepeda beroda tiga.
Encyclopedia International menyebutkan bahwa nama bicycle
[b¥’sik-?l], berasal dari kata bis (Latin, ”dua kali”) dan kyklos
(Latin, ”lingkaran atau roda”), menggambarkan desain-dua roda didukung
oleh rangka baja berbentuk tabung (pipa). Kata ini diadopsi oleh negeri
jiran dengan nama ”basikal” untuk menyebut sepeda.
***
Bagaimana dengan nama sepeda dalam kosa kata bahasa Indonesia? Entah
sejak kapan kata ”sepeda” mulai digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Dari data yang ada, diduga sepeda sudah masuk dan dibawa ke Nusantara
pada akhir abad ke-19 oleh bangsa Eropa. Kemungkinan besar, nama
vélocipédé yang dipakai sehingga dengan kolaborasi indera pendengaran
dan pengucapan warga pribumi, lahirlah kata ”sepeda.” Terlepas dari
dugaan asal-usul kata ini, sejak kehadirannya di Bumi Pertiwi sepeda
menjadi alat transportasi yang populer dan banyak digunakan masyarakat
hingga sekarang.
Namun begitu, Indonesia yang merupakan negara multietnik, di beberapa
daerah menyebut istilah sepeda dengan beragam kata. Misalnya, sebagian
orang Aceh menyebutnya dengan nama keutangen yang merupakan pengucapan
singkat keureta angen atau kereta angin. Barangkali istilah ini merujuk
pada proses bersepeda, setelah pedal dikayuh maka melajulah sepeda
bersama angin. Orang-orang Sunda mengucapkan sepeda dengan kata sapédah.
Sementara sebagian masyarakat Jawa menyebut sepeda dengan nama pit.
Kata ini diambil dari kosa kata bahasa Belanda, fiet, yang juga berarti
sepeda.
Di Indonesia, terutama di Jawa, bagi kalangan para pengguna sepeda
juga dikenal istilah ”onthel.” Berdasarkan Kamus Jawa-Indonesia yang
diterbitkan Pustaka Widyatama, kata ini memeiliki arti putar, kayuh,
genjot, sepeda genjot. Namun, istilah ini pada kenyataannya lebih
ditujukan kepada sepeda yang tergolong sepeda tua (old bicycle/oude
fiets). Bahkan, penggunaannya sudah sangat luas di tengah masyarakat
hingga ke berbagai pelosok di tanah air. Sepertinya akan terasa aneh
jika onthel digunakan untuk menyebut semua jenis sepeda.
Secara spesifik, sepeda onthel ini pun memunculkan berbagai istilah
lain bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Karena ciri, bentuk, dan
karakteristiknya ada pula yang menyebutnya sepeda kebo, sapédah onta,
hingga sepeda unto.
0 komentar:
Posting Komentar