Bahasa Melayu adalah sejumlah bahasa yang saling bermiripan yang
dituturkan di wilayah Nusantara dan beberapa tempat lain. Sebagai bahasa
yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei,
Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), dan Malaysia (juga dikenal sebagai
bahasa Malaysia); salah satu bahasa yang diakui di Singapura; dan
menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai bahasa Indonesia). Bahasa
Melayu pernah menjadi lingua franca bagi perdagangan dan hubungan
politik di Nusantara. Migrasi kemudian juga memperluas pemakaiannya.
Selain di negara yang disebut sebelumnya, bahasa Melayu dituturkan pula
di Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand selatan, Filipina selatan,
Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja, hingga Papua Nugini. Bahasa ini
juga dituturkan oleh penduduk Pulau Christmas dan Kepulauan Cocos, yang
menjadi bagian Australia.
Tidak ada catatan mengenai tanah asal
bahasa Melayu. Tulisan-tulisan pertama dalam bahasa Melayu ditemukan di
pesisir tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini
menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat
penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan.
Istilah Melayu atau Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang
bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang
digunakan di Jambi menggunakan dialek "o".
Pada awal tahun 2004,
Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia) dan Majelis Bahasa Brunei Darussalam
- Indonesia - Malaysia (MABBIM) berencana menjadikan bahasa Melayu
sebagai bahasa resmi dalam organisasi ASEAN, dengan memandang lebih
separuh jumlah penduduk ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu.
Rencana ini belum pernah terealisasikan, tetapi ASEAN sekarang selalu
membuat dokumen asli dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam
bahasa resmi masing-masing negara anggotanya.
Tanah asal-usul penutur bahasa Melayu
Ada
tiga teori yang dikemukakan tentang asal-usul penutur bahasa Melayu
(atau bentuk awalnya sebagai anggota bahasa-bahasa Dayak Malayik)[1].
Kern (1888) beranggapan bahwa tanah asal penutur adalah dari Semenanjung
Malaya dan menolak Kalimantan sebagai tanah asal. Teori ini sempat
diterima cukup lama (karena sejalan dengan teori migrasi dari Asia
Tenggara daratan) hingga akhirnya pada akhir abad ke-20 bukti-bukti
linguistik dan sejarah menyangkal hal ini (Adelaar, 1988; Belwood, 1993)
dan teori asal dari Sumatera yang menguat, berdasarkan bukti-bukti
tulisan. Hudson (1970) melontarkan teori asal dari Kalimantan,
berdasarkan kemiripan bahasa Dayak Malayik (dituturkan orang-orang Dayak
berbahasa Melayu) dengan bahasa Melayu Kuna, penuturnya yang hidup di
pedalaman, dan karakter kosa kata yang konservatif.
Sejarah
Bahasa
Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di bawah rumpun
bahasa Austronesia. Menurut statistik penggunaan bahasa di dunia,
penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang 250 juta jiwa
yang merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting
bagi bahasa-bahasa di dunia. [2], [3]
Catatan tertulis pertama
dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum
pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan
Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah.
Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[4] Selanjutnya, bukti-bukti
tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak
kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
Sejarah penggunaan yang
panjang ini tentu saja mengakibatkan perbedaan versi bahasa yang
digunakan. Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa Melayu ke dalam tiga
tahap utama, yaitu
* Bahasa Melayu Kuna (abad ke-7 hingga abad ke-13)
* Bahasa Melayu Klasik, mulai ditulis dengan huruf Jawi (sejak abad ke-15)
* Bahasa Melayu Modern (sejak abad ke-20)
Walaupun
demikian, tidak ada bukti bahwa ketiga bentuk bahasa Melayu tersebut
saling bersinambung. Selain itu, penggunaan yang meluas di berbagai
tempat memunculkan berbagai dialek bahasa Melayu, baik karena penyebaran
penduduk dan isolasi, maupun melalui kreolisasi.
Selepas masa
Sriwijaya, catatan tertulis tentang dan dalam bahasa Melayu baru muncul
semenjak masa Kesultanan Malaka (abad ke-15). Laporan Portugis dari abad
ke-16 menyebut-nyebut mengenai perlunya penguasaan bahasa Melayu untuk
bertransaksi perdagangan. Seiring dengan runtuhnya kekuasaan Portugis di
Malaka, dan bermunculannya berbagai kesultanan di pesisir Semenanjung
Malaya, Sumatera, Kalimantan, serta selatan Filipina, dokumen-dokumen
tertulis di kertas dalam bahasa Melayu mulai ditemukan. Surat-menyurat
antarpemimpin kerajaan pada abad ke-16 juga diketahui telah menggunakan
bahasa Melayu. Karena bukan penutur asli bahasa Melayu, mereka
menggunakan bahasa Melayu yang "disederhanakan" dan mengalami
percampuran dengan bahasa setempat, yang lebih populer sebagai bahasa
Melayu Pasar (Bazaar Malay). Tulisan pada masa ini telah menggunakan
huruf Arab (kelak dikenal sebagai huruf Jawi) atau juga menggunakan
huruf setempat, seperti hanacaraka.[4]
Rintisan ke arah bahasa
Melayu Modern dimulai ketika Raja Ali Haji, sastrawan istana dari
Kesultanan Riau Lingga, secara sistematis menyusun kamus ekabahasa
bahasa Melayu (Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat
Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama) pada pertengahan
abad ke-19. Perkembangan berikutnya terjadi ketika sarjana-sarjana Eropa
(khususnya Belanda dan Inggris) mulai mempelajari bahasa ini secara
sistematis karena menganggap penting menggunakannya dalam urusan
administrasi. Hal ini terjadi pada paruh kedua abad ke-19. Bahasa Melayu
Modern dicirikan dengan penggunaan alfabet Latin dan masuknya banyak
kata-kata Eropa. Pengajaran bahasa Melayu di sekolah-sekolah sejak awal
abad ke-20 semakin membuat populer bahasa ini.
Di Indonesia,
pendirian Balai Poestaka (1901) sebagai percetakan buku-buku pelajaran
dan sastra mengantarkan kepopuleran bahasa Melayu dan bahkan membentuk
suatu varian bahasa tersendiri yang mulai berbeda dari induknya, bahasa
Melayu Riau. Kalangan peneliti sejarah bahasa Indonesia masa kini
menjulukinya "bahasa Melayu Balai Pustaka"[5] atau "bahasa Melayu van
Ophuijsen". Van Ophuijsen adalah orang yang pada tahun 1901 menyusun
ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin untuk penggunaan di
Hindia-Belanda. Ia juga menjadi penyunting berbagai buku sastra terbitan
Balai Pustaka. Dalam masa 20 tahun berikutnya, "bahasa Melayu van
Ophuijsen" ini kemudian dikenal luas di kalangan orang-orang pribumi dan
mulai dianggap menjadi identitas kebangsaan Indonesia. Puncaknya adalah
ketika dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) dengan jelas
dinyatakan, "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sejak saat
itulah bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa kebangsaan.
Introduksi
varian kebangsaan ini mendesak bentuk-bentuk bahasa Melayu lain,
termasuk bahasa Melayu Tionghoa, sebagai bentuk cabang dari bahasa
Melayu Pasar, yang telah populer dipakai sebagai bahasa surat kabar dan
berbagai karya fiksi di dekade-dekade akhir abad ke-19. Bentuk-bentuk
bahasa Melayu selain varian kebangsaan dianggap bentuk yang "kurang
mulia" dan penggunaannya berangsur-angsur melemah.
Pemeliharaan
bahasa Melayu standar (bahasa Indonesia) terjaga akibat meluasnya
penggunaan bahasa ini dalam kehidupan sehari-hari. Sikap orang Belanda
yang pada waktu itu tidak suka apabila orang pribumi menggunakan bahasa
Belanda juga menyebabkan bahasa Indonesia menjadi semakin populer.
Varian-varian bahasa Melayu
Bahasa
Melayu sangat bervariasi. Penyebab yang utama adalah tidak adanya
institusi yang memiliki kekuatan untuk mengatur pembakuannya.
Kerajaan-kerajaan Melayu hanya memiliki kekuatan regulasi sebatas
wilayah kekuasaannya, padahal bahasa Melayu dipakai oleh orang-orang
jauh di luar batas kekuasaan mereka. Akibatnya muncul berbagai dialek
(geografis) maupun sosiolek (dialek sosial). Pemakaian bahasa ini oleh
masyarakat berlatar belakang etnik lain juga memunculkan berbagai varian
kreol di mana-mana, yang masih dipakai hingga sekarang. Bahasa Betawi,
suatu bentuk kreol, bahkan sekarang mulai mempengaruhi secara kuat
bahasa Indonesia akibat penggunaannya oleh kalangan muda Jakarta dan
dipakai secara meluas di program-program hiburan televisi nasional.
Ada
kesulitan dalam mengelompokkan bahasa-bahasa Melayu. Sebagaimana
beberapa bahasa di Nusantara, tidak ada batas tegas antara satu varian
dengan varian lain yang penuturnya bersebelahan secara geografis.
Perubahan dialek seringkali bersifat bertahap. Untuk kemudahan, biasanya
dilakukan pengelompokan varian sebagai berikut:
1. Bahasa-bahasa Melayu Tempatan (Lokal)
2. Bahasa-bahasa Melayu Kerabat (Paramelayu, Paramalay = Melayu "tidak penuh")
3. Bahasa-bahasa kreol (bukan suku/penduduk melayu) yaitu bahasa yang muncul berdasarkan bahasa Melayu
Dialek-dialek di Indonesia
Jumlah
penutur bahasa Melayu di Indonesia sangat banyak, bahkan dari segi
jumlah sebetulnya melampaui jumlah penutur Bahasa Melayu di Malaysia,
maupun di Brunei Darussalam. Bahasa Melayu dituturkan mulai sepanjang
pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu hingga pesisir Pulau Kalimantan dan kota
Negara, Bali.[6]
Bahasa Melayu di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
* Dialek Melayu, dan
* Kreol
Dialek Melayu di Indonesia antara lain :
* Dialek Tamiang : dituturkan di kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam
* Dialek Langkat : dituturkan di kawasan Langkat, Sumatera Utara
* Dialek Deli : dituturkan di Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai
* Dialek Asahan : dituturkan di sepanjang wilayah pesisir kabupaten Asahan
* Dialek Melayu Riau : dituturkan di kawasan Kepulauan Riau
* Dialek Melayu Riau Daratan : terbagi atas beberapa dialek lainnya tergantung wilayah (Siak, Rokan, Inderagiri, Kuantan)
* Dialek Anak Dalam : kemungkinan termasuk kelompok Kubu, Talang Mamak di kawasan Riau dan Jambi
* Dialek Melayu Jambi : dituturkan di provinsi Jambi
* Dialek Melayu Bengkulu : dituturkan di kota Bengkulu
* Dialek Melayu Palembang : dituturkan di kota Palembang dan Kota Muara Enim dan sekitarnya
* Dialek Bangka-Belitung : dituturkan di provinsi Bangka-Belitung
* Dialek Pontianak : dituturkan di kabupaten Pontianak dan kota Pontianak, Kalimantan Barat
* Dialek Landak : kabupaten Landak dan sekitarnya, Kalimantan Barat
* Dialek Sambas : dituturkan di kabupaten Sambas dan sekitarnya,Kalimantan Barat
* Dialek Ketapang : dituturkan di kabupaten Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan Barat.
* Dialek Berau : dituturkan di kabupaten Berau dan sekitarnya, Kalimantan Timur
* Dialek Kutai : dipakai di kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur
* Dialek Loloan : dituturkan di kota Negara, Jembrana, Bali.
Dialek Riau Kepulauan dan beberapa kawasan di Riau Daratan dituturkan sama seperti Dialek Johor.
Melayu Kreol
Bahasa
Melayu sudah lama dikenal sebagai bahasa antarsuku bangsa khususnya di
Indonesia. Dalam perkembangannya terutama kawasan-kawasan berpenduduk
bukan Melayu dan mempunyai bahasa masing-masing, bahasa Melayu mengalami
proses pidginisasi dengan berbaurnya berbagai unsur bahasa setempat ke
dalam bahasa Melayu dan karena dituturkan oleh anak-anaknya, bahasa
Melayu mengalami proses Kreolisasi. [6] Bahasa Melayu, khususnya di
Indonesia Timur diperkenalkan pula oleh para misionaris asal Belanda
untuk kepentingan penyebaran agama Kristen.
Di pulau Jawa,
terutama di Jakarta, bahasa Melayu mengalami proses kreolisasi yang
unsur dasar bahasa Melayu Pasar tercampur dengan berbagai bahasa di
sekelilingnya, khususnya bahasa Tionghoa, bahasa Sunda, bahasa Jawa,
bahasa Bali, bahasa Bugis, bahkan unsur bahasa Belanda dan bahasa
Portugis. Melayu dalam bentuk kreol ini banyak dijumpai di Kawasan
Indonesia Timur yang terbentang dari Manado hingga Papua.
Bentuk Melayu Kreol tersebut antara lain :
* Dialek Melayu Jakara bahasa Betawi : dituturkan di Jakarta dan sekitarnya
* Dialek Melayu Peranakan: banyak dituturkan oleh kalangan orang Tionghoa di pesisir Jawa Timur dan Jawa Tengah.
* Dialek Melayu Manado (bahasa Manado): dipakai sebagai lingua franca di Sulawesi Utara
* Dialek Melayu Maluku Utara (max): dipakai di hampir seluruh Maluku Utara
* Dialek Melayu Bacan (btj): dipakai di kawasan pulau Bacan, Maluku Utara
* Dialek Melayu Ambon : dipakai sebagai bahasa ibu bagi warga kota Ambon, dan bahasa kedua bagi warga sekitarnya
* Dialek Melayu Banda : berbeda dengan Melayu Ambon, dan digunakan di kawasan Kepulauan Banda, Maluku
* Dialek Melayu Larantuka : dipakai di kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
* Dialek Melayu Kupang : menjadi lingua franca di wilayah Kupang dan sebagian Pulau Timor
* Dialek Melayu Papua : Papua, Papua Barat
* Dialek Melayu Makassar (mfp) : Sulawesi Selatan
[sunting] Dialek luar Indonesia
Dialek-dialek bahasa Melayu di Malaysia adalah seperti berikut:
* Dialek Utara (Kedah, Perlis, Penang & Perak Utara) :
dituturkan di negara bagian Kedah, Pulau Pinang, Perlis dan bagian utara
negara bagian Perak. Terbahagi kepada beberapa sub-dialek seperti
Perlis, Pulau Pinang, Kedah Utara dan Kedah Hilir. Dialek yang
dituturkan oleh penduduk di Kedah Timur menampakkan banyak persamaan
dengan dialek Kelantan dan Pattani, dialek ini dikenali sebagai dialek
Kedah Hulu.
* Dialek Kelantan : dituturkan di negera bagian
Kelantan dan daerah Besut, Terengganu. Penduduk di beberapa buah daerah
di Kedah seperti Baling, Sik dan Kuala Nerang bertutur di dalam dialek
yang menampakkan banyak persamaan dengan Dialek Kelantan. Dialek
Kelantan merupakan sub-dialek Dialek Pattani ataupun Yawi.
* Dialek Terengganu: dituturkan di Terengganu kecuali daerah Besut dan sebahagian negeri Pahang.
* Dialek Perak - Dialek ini terbahagi kepada tiga pecahan kecil:
o Dialek Perak Tengah : dituturkan di bagian tengah negara bagian Perak.
o Dialek Perak Selatan : dituturkan di bagian selatan negara bagian Perak.
o Dialek Perak Timur: dituturkan di bahagian timur negara
bahagian Perak iaitu Lenggong, Grik dan Kroh yang bersempadan dengan
Thailand, Kedah dan Kelantan. Dialek yang dituturkan mempunyai campuran
Dialek Utara,Dialek Perak dan Dialek Kelantan/Petani.
*
Dialek Selangor - KL : dituturkan di negara bagian Selangor, Wilayah
Persekutuan Kuala Lumpur, Putrajaya serta kota-kota besar di Semenanjung
Malaysia.
* Dialek Negeri : dituturkan di negara bagian Negeri Sembilan dan kawasan Taboh Naning, Melaka.
* Dialek Malaka : dituturkan di negara bagian Melaka kecuali kawasan Taboh Naning.
* Dialek Johor - Riau : dituturkan di negara bagian Johor dan selatan Pahang.
* Dialek Pahang - Negara bagian Pahang kaya dengan pelbagai jenis
dialek daerah yang dituturkan di daerah-daerah di mana Sungai Pahang
mengalir:-
o Hulu Sungai Pahang : Dialek Jerantut, Lipis,
Bentong dan Raub (dituturkan dengan cepat dari segi kelajuan
percakapan).
o Pertengahan Sungai Pahang : Dialek Temerloh (dituturkan secara sederhana dari segi kelajuan percakapan).
o Hilir Sungai Pahang : Dialek Chenor dan Pekan (dituturkan dengan perlahan dari segi kelajuan percakapan).
* Dialek Sarawak
* Dialek Labuan - dituturkan di Persekutuan Labuan (sejenis dialek campuran antara bahasa Kedayan dan bahasa Melayu Brunei).
* Dialek Sabah - Negara bagian Sabah mempunyai beberapa jenis dialek Melayu yaitu:-
o Dialek Melayu Sabah - dituturkan di seluruh negara bagian
Sabah dan merupakan dialek utama di negera bagian tersebut.
o Dialek Kokos / Cocos - dituturkan oleh orang Melayu keturunan Kokos /
Cocos di di Tawau, Lahad Datu, Kunak, Sandakan dan Kepulauan Cocos
(Keeling), wilayah Australia.
* Dialek Baba - Sejenis dialek
campuran antara bahasa Melayu dan dialek Hokkien. Dialek ini terbahagi
kepada tiga pecahan kecil iaitu:-
o Dialek Baba Melaka -
dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Melaka. Ia
merupakan dialek asal bagi dialek Melayu Baba.
o Dialek Baba Pulau Pinang - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Pulau Pinang.
o Dialek Baba Singapura - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di Republik Singapura.
Dialek Johor - Riau juga dituturkan di Republik Singapura dan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, Indonesia.
Dialek-dialek bahasa Melayu di Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand adalah seperti berikut:
* Dialek Singapura : dituturkan di Republik Singapura. Dialek ini merupakan pecahan dari dialek Johor-Riau.
* Dialek Brunei : dituturkan di Kerajaan Brunei Darussalam serta
bagian pedalaman, negara bagian Sabah dan Wilayah Persekutuan Labuan,
Malaysia.
* Dialek Patani : dituturkan di provinsi Pattani, Narathiwat, Yala, Songkhla dan Satun di Kerajaan Thailand.
Kini,
kebanyakan angkatan baru sudah kehilangan upaya untuk bercakap dalam
dialek ibu dan bapak mereka karena adanya penerapan bahasa Melayu
ketetapan dalam pendidikan negara. Karena ada perbedaan dialek yang amat
nyata, kadang kala penutur bahasa Melayu dari dialek tertentu tidak
dapat mamahami penutur dialek yang lain terutama sekali dialek Kelantan,
Sarawak dan Sabah.
Di luar wilayah tersebut, terdapat pula
dialek Srilangka yang perlahan-lahan mulai punah, serta dialek Afrika
Selatan, yang dipakai oleh pengikut Syekh Yusuf yang dibuang ke Cape
Town.
Bahasa kerabat
"Bahasa kerabat" adalah bahasa-bahasa
lain yang serupa dengan Bahasa Melayu, namun masih ada perbedaan
pendapat mengenai soal itu. Mereka adalah
1. Bahasa Minangkabau (min) di Sumatera Barat
2. Bahasa Banjar (bjn) di Kalimantan Selatan
3. Bahasa Kedayan (kxd) (Suku Kedayan) di Brunei, Sarawak
4. Dialek Melayu Kedah (meo) (Melayu Satun)
5. Dialek Melayu Jambi (jax)
6. Dialek Melayu Pulau Kokos (coa)
7. Dialek Melayu Pattani (mfa)
8. Dialek Melayu Sabah (msi)
9. Dialek Melayu Bukit(Bahasa Bukit) (bvu) (Suku Dayak Bukit) di Kalimantan Selatan
10. Bahasa Serawai (srj) di Bengkulu
11. Bahasa Rejang (rej) di Rejang Lebong, Bengkulu
12. Bahasa Lebong di Lebong, Bengkulu
13. Bahasa Rawas (rws) di Musi Rawas, Sumatera Selatan
14. Bahasa Penesak (pen) di Prabumulih, Sumatera Selatan
15. Bahasa Komering di Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
16. Bahasa Enim (eni)
17. Bahasa Musi (mui)
18. Bahasa Kaur (vkk)
19. Bahasa Kerinci/(Kerinci-Sakai-Talang Mamak)(vkr)
20. Bahasa Kubu (kvb)
21. Bahasa Lematang (lmt)
22. Bahasa Lembak (liw)
23. Bahasa Lintang (lnt)
24. Bahasa Lubu (lcf)
25. Bahasa Loncong/Orang Laut (lce)
26. Bahasa Sindang Kelingi (sdi)
27. Bahasa Semendo (sdd)
28. Bahasa Rawas (rws)
29. Bahasa Ogan (ogn)di Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
30. Bahasa Pasemah ( pse) di Sumatera Selatan
31. Bahasa Suku Batin [sbv] di Jambi
32. Bahasa Kutai di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
1. Dialek Tenggarong - Melayu Kutai (vkt)
2. Dialek Kota Bangun - Melayu Kutai (mqg
Para-Malay
1. Bahasa Duano' [dup] (Malaysia Barat)
2. Bahasa Minangkabau [min] (Indonesia, Sumatera Barat)
3. Bahasa Pekal [pel] (Indonesia, Sumatera Selatan)
4. Bahasa Urak Lawoi' [urk] (Thailand)
5. Bahasa Muko-Muko [vmo] (Indonesia, Sumatera, Bengkulu : Kabupaten Mukomuko)
6. Dialek Melayu Negeri Sembilan [zmi] (Malaysia Barat, Negeri Sembilan)
Melayu-Aborigin
1. Bahasa Jakun [jak] (Suku Jakun, Malaysia Barat)
2. Bahasa Orang Kanaq [orn] (Orang Kanaq, Malaysia Barat)
3. Bahasa Orang Seletar [ors] (Orang Seletar, Malaysia Barat)
4. Bahasa Temuan [tmw] (Suku Temuan, Malaysia Barat)
Dayak-Malayik
1. Malayan
1. Malayic-Dayak (10)
1. Ibanic (6)
1. Bahasa Balau [BUG] (Sarawak)
2. Bahasa Iban [IBA] (Sarawak, Brunei, Kalimantan Barat)
3. Bahasa Milikin [MIN] (Sarawak))
4. Bahasa Mualang [MTD] (Suku Dayak Mualang, Sekadau, Kalimantan Barat)
5. Bahasa Seberuang [SBX] (Suku Dayak Seberuang, Sintang, Kalimantan Barat)
6. Bahasa Sebuyau[SNB] (Sarawak))
2. Bahasa Keninjal [KNL] ( Melawi, Kalimantan Barat)
3. Bahasa Kendayan [KNX] (Sanggau Ledo, Bengkayang, Kalimantan Barat)
4. Bahasa Selako [SKL] (Pemangkat, Sambas, Kalimantan Barat)
5. Bahasa-bahasa Malayic Dayak [XDY] (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah)
1. Bahasa Balai Riam : Kabupaten Sukamara
2. Bahasa Bulik : Kabupaten Lamandau
3. Bahasa Waringin : Kabupaten Kotawaringin Barat
4. Bahasa Pembuang : Kabupaten Seruyan
5. Kota Singkawang
6. Kabupaten Bengkayang
7. Kabupaten Sintang
8. Kabupaten Kapuas Hulu
9. Bahasa Kayong : Kayong Utara, Ketapang
Bunyi
Salah
satu faktor utama yang menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa yang
sangat mudah untuk dipelajari disebabkan oleh sistem fonologi yang amat
mudah. Bisa dikatakan hampir setiap huruf Latin mewakili satu sebutan
fonem.
Senarai fonem konsonan di dalam bahasa Melayu Bibir Bibir-
gigi Gigi Alveolar Pasca-
Alveolar Langit-langit Velum Uvula Celah suara
Plosif p [p] b [b] t [t] d [d] k [k] g [g] q [q] k [ʔ]
Nasal m [m] n [n] ny [ɲ] ng [ŋ]
Frikatif f [f] v [v, ʋ] ts [θ] dz [ð] s [s] z [z] sy [ʃ, ʂ, sj] kh [x] h [h]
Afrikat c [tʃ] j [dʒ]
Anggaran w [w] y [j]
Trill r [r]
Tap r [ɾ]
Lateral l [l]
Catatan Ortografik:
* Huruf k pada akhir perkataan atau sebelum konsonan dalam perkataan Melayu jati disebut [ʔ].
* Kombinasi bagi sebutan [ŋg] diwakili sebagai ngg.
* Huruf x biasanya dibunyikan sebagai [ks], [s] atau [z].
Senarai fonem vokal di dalam bahasa Melayu Ketinggian Depan Tengah Belakang
Tertutup i [i] u [u]
Pertengahan e [e, ɛ] e [ə] o [o, ɔ]
Terbuka a [a] a [ɑ]
Senarai diftong di dalam Bahasa Melayu Ortografi IPA
ai [aɪ̯, ai]
au [aʊ̯, au]
ua [ua]
Terdapat
2 sebutan vokal yang diwakili oleh huruf "e", yaitu [e, ɛ] dan [ə].
Pelajar bahasa Melayu berupaya untuk membedakan antara 2 sebutan
tersebut setiap kali mempelajari perkataan baru.
Di dalam
beberapa tempat di Semenanjung Malaysia, terutamanya di kawasan tengah
dan selatan, kebanyakan perkatan yang berakhir dengan huruf a selalu
diucapkan sebagai [ə] pepet. Lain halnya dengan bahasa Indonesia,
perkataan yang berakhir dengan huruf a selalu diucapkan a juga. Di
Indonesia banyak dialek Melayu sehingga pengucapan huruf a di belakang
berbeda-beda setiap daerah, contohnya di provinsi Riau, Melayu
Pontianak, Melayu Kayong, huruf tersebut diucapkan sebagai [ə], di
provinsi DKI Jakarta, Musi Rawas dan Melayu Sambas, huruf tersebut
diucapkan e (dalam kata enak), diucapkan "o" oleh Melayu Bengkulu,
Melayu Palembang, Melayu Jambi, Minangkabau, dan diucapkan "a" seperti
bahasa Melayu Baku dalam bahasa Banjar, Kutai, Berau, Kedayan, Kanayatn,
Salako, Melayu Ambon, Melayu Manado dan kawasan timur Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar